Persaingan ketat membuat roda kehidupan semakin cepat berputar. Dunia usaha semakin ditantang untuk lebih tampil kreatif, inovatif dan produktif. Era ekspansi berbagai kepentingan demi meraih kesuksesan dan kekayaan sebanyak mungkin.
Dahulu, untuk menjadi kaya, seseorang tak harus memiliki modal besar, sempitnya dunia usaha, langkanya pengusaha berwawasan nasional dan belum tertatanya sistem usaha dan market yang relatif lebih memberikan keuntungan. Di abad ini, boleh dibilang abad
kompetisi. Hanya yang bermodal yang bisa bekerja, hanya orang kaya yang mampu bertahan hidup. Pemodal besar akan mendapat fasilitas lebih dibandingkan pemodal kecil meskipun korup. Kenyataan hidup yang pahit tapi enak, enak karena, mewariskan budaya ke anak cucu.
Harta untuk hidup bukan hidup untuk harta, selogan lama yang tidak lagi laku dijual di jaman ini. Untuk kepentingan hidup, semua layak dikorbankan. Seorang anak akan menjadi lebih rendah nilainya saat orang tua kerasukan eqo memperkaya diri. Mereka bahkan merelakan buah hati berharga ini menjadi santapan mahluk halus atau tontonan media demi terkabulnya hajat duniawi mereka.
Pola memperkaya diri berlebihan bahkan menyimpang ini, akan menjangkiti orang lain selagi tidak memperoleh perhatian atau teguran. Parahnya lagi, banyak juga kita jumpai dikalangan penganjur agama dan pemerhati moralitas. Banyak faktor membuat orang lebih memilih kaya dari pada memenage kekayaan untuk kesejahteraan atau capaian yang lebih berarti. Kiyai yang sibuk diantri para tamu yang berdatangan seakan tak berhenti, sering kecolongan perhatian terhadap anaknya yang keluar dari rumah setiap waktu untuk bermain. Diluar kesadaran, rumahnya seketika menjadi balai pengumpulan dana dari pada madrasah kecil untuk anak-anaknya.
Pada saat kesulitan terbesar abad ini menyelesaikan persoalan negara, karena, semakin meningkatnya kualitas penyimpangan disemua sisi, dan posisi strategis penganjur moral sangat dinantikan, yang terjadi justru sebaliknya, peran mereka tidak terlihat, mereka semakin jauh dari menyentuh akar masalah bangsa.
Peran sentral mereka habis diberikan untuk tunduk pada jadwal panggilan manggung dan penerimaan tamu, tampa memberikan solusi dan pencerahan yang secara praktis dapat dilakukan.
Dahulu, untuk menjadi kaya, seseorang tak harus memiliki modal besar, sempitnya dunia usaha, langkanya pengusaha berwawasan nasional dan belum tertatanya sistem usaha dan market yang relatif lebih memberikan keuntungan. Di abad ini, boleh dibilang abad
kompetisi. Hanya yang bermodal yang bisa bekerja, hanya orang kaya yang mampu bertahan hidup. Pemodal besar akan mendapat fasilitas lebih dibandingkan pemodal kecil meskipun korup. Kenyataan hidup yang pahit tapi enak, enak karena, mewariskan budaya ke anak cucu.
Harta untuk hidup bukan hidup untuk harta, selogan lama yang tidak lagi laku dijual di jaman ini. Untuk kepentingan hidup, semua layak dikorbankan. Seorang anak akan menjadi lebih rendah nilainya saat orang tua kerasukan eqo memperkaya diri. Mereka bahkan merelakan buah hati berharga ini menjadi santapan mahluk halus atau tontonan media demi terkabulnya hajat duniawi mereka.
Pola memperkaya diri berlebihan bahkan menyimpang ini, akan menjangkiti orang lain selagi tidak memperoleh perhatian atau teguran. Parahnya lagi, banyak juga kita jumpai dikalangan penganjur agama dan pemerhati moralitas. Banyak faktor membuat orang lebih memilih kaya dari pada memenage kekayaan untuk kesejahteraan atau capaian yang lebih berarti. Kiyai yang sibuk diantri para tamu yang berdatangan seakan tak berhenti, sering kecolongan perhatian terhadap anaknya yang keluar dari rumah setiap waktu untuk bermain. Diluar kesadaran, rumahnya seketika menjadi balai pengumpulan dana dari pada madrasah kecil untuk anak-anaknya.
Pada saat kesulitan terbesar abad ini menyelesaikan persoalan negara, karena, semakin meningkatnya kualitas penyimpangan disemua sisi, dan posisi strategis penganjur moral sangat dinantikan, yang terjadi justru sebaliknya, peran mereka tidak terlihat, mereka semakin jauh dari menyentuh akar masalah bangsa.
Peran sentral mereka habis diberikan untuk tunduk pada jadwal panggilan manggung dan penerimaan tamu, tampa memberikan solusi dan pencerahan yang secara praktis dapat dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar