Rabu, 12 Oktober 2011

Negri Perkasa Untuk Bangsa Sendiri



September-Oktober 2011 telah menjadi saksi sejarah betapa Indonesia semakin memboyong citra jelek dimata dunia. Berita terakhir di bulan ini, mungkin bibit  dan sumber analisisnya berlangsung di September atau bahkan sebelumnya, terkait soal pengakuan beberapa wilayah teritori NKRI oleh Malaysia. Camar bulan dan Tanjung Datu, dua wilayah yang
bertahun-tahun tak terdengar suara sumbangnya, hari ini kita masih menyaksikan berbagai penyelesaian yang masih alot antara kedua negara.

Belum juga mereda persoalan konflik teritori di wilayah-wilayah lain di perbatasan Malaysia, perusakan dan penjarahan kawasan perairan Indonesia yang nasibnya sama juga belum terjamah solusi kongkrit yang menyelamatkan kesatuan wilayah dan daulat republik sakarat ini.
Bangsa ini tidak tau persis cara penyelesaian pemerintah yang justru menimbulkan masalah yang sama dan tidak berimbas efek jera.

Berapa miliar yang telah keluar menjadi milik liar pemerintah Malaysia? berapa kerugian bagi pemerintah Indonesia? kenapa mengatasi Malaysia, pemerintah lebih merelakan aset-aset berupa sumber daya alam dan benda-benda tak bergerak dijarah secara berkala oleh suatu negara yang lebih kecil segalanya, kecuali ekonomi? apa perlu setiap warga dari seluruh masyarakat Indonesia diberi sertifikat tanah yang terancam penjarahan?

Bukan saja area perbatasan pemerintah kita lemah sistem kontrolnya, tetapi, menegmen dan disiplin pejabat yang ditugaskan, tidak dapat dipertanggungjawabkan. Bahkan, dugaan main mata dengan petugas perbatasan dan diamini secara sirri oleh pemerintah bisa juga dibenarkan.
Keangkeran nama kementerian pertahanan, tak lagi bertaring tajam akibat terlalu lama menganggur dan bila dipekerjakan hanya sebatas internal semata.. haha..lucu banget..

Apa mesti diselenggarakan "Hari penjarahan nasional" ? Malaysia sebenarnya butuh-butuh tidak tanah yang akhirnya demi kepemilikan mereka rela kehormatan negara dipertaruhkan. Tampa menjajah pun, Malaysia sudah cukup kaya untuk disebut negara makmur. Sementara Indonesia, bila praktek korupsi yang jika diakumulasi dari awal terjadinya sampai hari ini, akan menghasilkan jumlah yang sama dengan APBN atau bahkan lebih, kalau saja tempat praktek dialihkan ke luar negri, belum tentu juga membuat Indonesia makmur. Apalagi yang terjadi selalunya sebaliknya, negri korupsi oleh bangsanya sendiri, dan negri penjarahan oleh bangsa lain? Ngidam apa ya saat bayi Indonesia raya ini lahir?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar