Tanggal 21 April, menjadi momentum penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Setelah hengkang dari bumi pertiwi, penjajah mengetahui indonesia lebih berarti bagi penduduknya dari pada diserahkan setelah banyak menelan korban kepada mereka. Tentu, yang melatar-belakangi pengetahuan mereka adanya semangat juang tinggi dari setiap warga negara yang mendabakan kedamaian. Saya rasa semua orang punya harapan sama dalam menyelamatkan hak hidup secara berkesinambungan.
Masa itu penuh semangat penuh pergolakan dan situasi tak kunjung surut dengan gelombang harap dan kecemasan. Seluruh elemen bangsa meneriakkan yel-yel anti dominasi asing dan mengobarkan api perlawanan menentang otoritas berkuasa yang hendak mencabik-cabik kesatuan dan persatuan bangsa, hingga pada giliranya upaya pencaplokan negara akan bisa terlaksana. Pada sederet barisan penabuh genderang perlawanan, Kartini ikut ambil bagian dalam menentukan nasib bangsa dan negara. Duta wanita ini memberanikan diri bukan hanya karena terpanggil kesadaran akan ancaman negara dalam bahaya, melainkan ingin membuktikan sekaligus menunjukkan bahwa untuk sebuah perjuangan, zona perlawanan anti kejahatan dan penjajahan tak harus dimonopoli kaum lelaki.
Kiprah seorang wanita yang ingin diperlihatkan Jeng Ayu Kartini, tidak dibatasi sekat-sekat kesibukan menumbuhkembangkan pembawaan kodrati yang bercorak feminis, atau semata-mata merawat dimensi ke-ibuan yang lebih memerankan aspek internal sebagai pelaksana tugas keluarga. Wanita modern memilih untuk tidak terlibat dalam perseteruan pro kontra perebutan status dirinya sebagai sosok dengan potensi beragam yang bisa dimanfaatkan diluar rumah. Mereka tak menolak status ibu rumah tangga yang penting bergaya seleb. Atau senang dengan sebutan berkarier namun ditampilkan lebih presticious dan elegan.
Sebagai dampak pemanjaan teknologi modern yang memaksa orang tak berdaya dihadapan sistem serba digital yang semakin menjanjikan efektivitas. Wanita yang lebih mengedepankan bahasa tubuh dan kecantikan, susah menjadi wakil negara disaat dipanggil olehnya untuk berkabung. Baginya urusan keamanan bisa menjadi No sepuluh. Emansipasi menjadi penting baginya sebagai alat mempertahankan hidup disamping lelaki yang lebih bervarian dalam profesi dengan klaim kesamaan peran. Persamaan hak, masalah gender, tanggungjawab yang sama dan sama-sama berperan dalam segala hal, membuat seorang wanita di abad manipulatif ini merasa lebih berpeluang untuk kreasi diri dan mengembangkan karier.
Perubahan peran ini yang hendak digugat Ibu kita Kartini. Kalau setiap wanita merasa sudah menguntungkan orang lain dengan sikapnya yang memanjakan diri dan mementingkan haknya sendiri, maka tidak diperlukan kata perjuangan yang lebih mendahulukan kepentingan orang lain. Konteks ini yang disitir Kartini sebagai upaya membangun peradaban materialistis diatas derita dan nasib orang-orang terpinggirkan. Kartini tidak pernah mengenal apa yang disebutnya zaman ini dengan istilah, ' semuanya tergantung uang'. Karena, beliau sadar bahwa ideom itu tak selalu benar meski tak selalu salah. Tentu, dalam hal kecil untuk memperoleh kebahagian, uang tidak mampu sepenuhnya menghadirkannya, berapa banyak orang mati karena dan dalam lumbung harta.
Hari Kartini adalah hari kebesaran wanita. Hari sejarah peradaban dan kemulyaan wanita. Kartini milik semua wanita di dunia, karena perjuangan hak dan pejuang kebenaran tak kenal batas-batas negara atau sekat-sekat agama. Ia menjadi Idola bukan lantaran menjadi pejuang wanita yang penuh keberanian dan tekad, tapi karena semangat dan kesadaran bahwa meskipun dirinya adalah wanita, potensi tersembunyi dari jiwa perlawanan terhadap ketidak-adilan tetap menyala. Semua profesi yang dijalankan para Ibu dan wanita dengan ragam macamnya, bisa diarahkan menjadi peluang baik yang dinamis untuk berbagi kebaikan kepada orang lain. Berbagi resep masakan, berbagi pengalaman olah tubuh atau BL, berbagi trik jitu pemasaran dan berdagang, dan lain-lain. Nilai seseorang dapat ditentukan pada sejauh mana kepeduliannya terhadap sesama. Semangat berbagi dalam kebaikan dan semangat menebar energi positif ditengah-tengah masyarakat membuktikan nilai kepribadian seseorang yang tinggi dan penuh empati.
Masa itu penuh semangat penuh pergolakan dan situasi tak kunjung surut dengan gelombang harap dan kecemasan. Seluruh elemen bangsa meneriakkan yel-yel anti dominasi asing dan mengobarkan api perlawanan menentang otoritas berkuasa yang hendak mencabik-cabik kesatuan dan persatuan bangsa, hingga pada giliranya upaya pencaplokan negara akan bisa terlaksana. Pada sederet barisan penabuh genderang perlawanan, Kartini ikut ambil bagian dalam menentukan nasib bangsa dan negara. Duta wanita ini memberanikan diri bukan hanya karena terpanggil kesadaran akan ancaman negara dalam bahaya, melainkan ingin membuktikan sekaligus menunjukkan bahwa untuk sebuah perjuangan, zona perlawanan anti kejahatan dan penjajahan tak harus dimonopoli kaum lelaki.
Kiprah seorang wanita yang ingin diperlihatkan Jeng Ayu Kartini, tidak dibatasi sekat-sekat kesibukan menumbuhkembangkan pembawaan kodrati yang bercorak feminis, atau semata-mata merawat dimensi ke-ibuan yang lebih memerankan aspek internal sebagai pelaksana tugas keluarga. Wanita modern memilih untuk tidak terlibat dalam perseteruan pro kontra perebutan status dirinya sebagai sosok dengan potensi beragam yang bisa dimanfaatkan diluar rumah. Mereka tak menolak status ibu rumah tangga yang penting bergaya seleb. Atau senang dengan sebutan berkarier namun ditampilkan lebih presticious dan elegan.
Sebagai dampak pemanjaan teknologi modern yang memaksa orang tak berdaya dihadapan sistem serba digital yang semakin menjanjikan efektivitas. Wanita yang lebih mengedepankan bahasa tubuh dan kecantikan, susah menjadi wakil negara disaat dipanggil olehnya untuk berkabung. Baginya urusan keamanan bisa menjadi No sepuluh. Emansipasi menjadi penting baginya sebagai alat mempertahankan hidup disamping lelaki yang lebih bervarian dalam profesi dengan klaim kesamaan peran. Persamaan hak, masalah gender, tanggungjawab yang sama dan sama-sama berperan dalam segala hal, membuat seorang wanita di abad manipulatif ini merasa lebih berpeluang untuk kreasi diri dan mengembangkan karier.
Perubahan peran ini yang hendak digugat Ibu kita Kartini. Kalau setiap wanita merasa sudah menguntungkan orang lain dengan sikapnya yang memanjakan diri dan mementingkan haknya sendiri, maka tidak diperlukan kata perjuangan yang lebih mendahulukan kepentingan orang lain. Konteks ini yang disitir Kartini sebagai upaya membangun peradaban materialistis diatas derita dan nasib orang-orang terpinggirkan. Kartini tidak pernah mengenal apa yang disebutnya zaman ini dengan istilah, ' semuanya tergantung uang'. Karena, beliau sadar bahwa ideom itu tak selalu benar meski tak selalu salah. Tentu, dalam hal kecil untuk memperoleh kebahagian, uang tidak mampu sepenuhnya menghadirkannya, berapa banyak orang mati karena dan dalam lumbung harta.
Hari Kartini adalah hari kebesaran wanita. Hari sejarah peradaban dan kemulyaan wanita. Kartini milik semua wanita di dunia, karena perjuangan hak dan pejuang kebenaran tak kenal batas-batas negara atau sekat-sekat agama. Ia menjadi Idola bukan lantaran menjadi pejuang wanita yang penuh keberanian dan tekad, tapi karena semangat dan kesadaran bahwa meskipun dirinya adalah wanita, potensi tersembunyi dari jiwa perlawanan terhadap ketidak-adilan tetap menyala. Semua profesi yang dijalankan para Ibu dan wanita dengan ragam macamnya, bisa diarahkan menjadi peluang baik yang dinamis untuk berbagi kebaikan kepada orang lain. Berbagi resep masakan, berbagi pengalaman olah tubuh atau BL, berbagi trik jitu pemasaran dan berdagang, dan lain-lain. Nilai seseorang dapat ditentukan pada sejauh mana kepeduliannya terhadap sesama. Semangat berbagi dalam kebaikan dan semangat menebar energi positif ditengah-tengah masyarakat membuktikan nilai kepribadian seseorang yang tinggi dan penuh empati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar